Monday, September 30, 2013

George Rodonaia - Pengalaman mati suri (Near-Death Experiences)



Dr. George Rodonaia memegang M.D. dan Ph.D. dalam bidang neuropathology, dan Ph.D. dalam bidang psikologi agama.  Baru-baru ini dia memberikan ceramah tema kepada United Nations atas topik “Perkembangan Spiritualitis Global.” Sebelum berpindah ke Amerika Serikat dari negara Sovyet pada tahun 1989, dia bekerja sebagai psikiater di Univeristas Moscow.
Dr. Rodonaia mengalami salah satu “pengalaman hampir mati klinis” yang paling lanjut yang pernah dilaporkan. Baru setelah dia dikenai mobil pada tahun 1976 dia diucapkan mati dan ditinggalkan selama tiga hari dalam sebuah rumah mati. Dia baru “hidup kembali” sesaat seorang dokter mulai mebuat irisan dalam perutnya pada permulaan autopsi.
Keistimewaan lain daripada pengalaman hampir mati Dr. Rodonaia – dan ini agak biasa – adalah bahwa dia sangat dirubah oleh pengalaman itu.
Sebelum pengalaman hampir matinya, dia bekerja sebagai ahli syaraf. Dia juga seorang atheis yang bersemangat. Tetapi sesudah pengalamannya dia berkeputusan untuk hanya belajar psikologi agama. Kemudian dia ditahbiskan sebagai imam dalam Gereja Ortodoks Timur. Sekarang dia melayani sebagai pendeta di Gereja Pertama Persatuan Metodis di kota Nederland, di negara bagian Texas, AS.

Pada 1989, Dr. George Rodonaia imigrasi ke Amerika Serikat, sebelumnya dia adalah dokter penyakit jiwa di Uni Soviet. Dia pernah mengalami suatu "pengalaman klinis hampir mati" yang paling panjang pada 1976.

Setelah George ditabrak mobil, ia dinyatakan mati. Jenazahnya diletakkan di ruang mayat selama 3 hari, hingga setelah seorang dokter melakukan autopsi di bagian perut baru bangkit kembali. Sejak itu, George beralih ke bidang penelitian mempelajari roh, dan meraih gelar doktor dalam bidang psikologi agama. 

Berikut adalah pengalamannya yang dicatat dalam karya Phillip L. Berman, "Perjalanan Pulang Kembali".

Waktu itu, hal pertama yang saya ingat adalah mendapati bahwa diri saya berada di sebuah lingkungan yang gelap gulita. Saya tidak merasakan penderitaan jasmani, saya tetap masih ingat bahwa saya adalah George. Kegelapan ini adalah suatu hal yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Saya merasakan ketakutan yang mendalam, dan tidak pernah saya bayangkan bisa seperti ini. Terhadap diri sendiri, saya tetap merasa terkejut, namun tidak tahu di mana. Sebuah pikiran tiada hentinya terus bergulir dalam kesadaranku: Saat setelah saya mati bisa bagaimana keadaannya.

Saya telah bisa mengendalikan perasaan saya, lalu mengingat kembali semua peristiwa yang pernah terjadi. Mengapa saya berada di tengah kegelapan ini? Saya harus bagaimana? Saya lalu teringat kata-kata mutiara termasyhur Dicolle, "Aku merenung, maka itu diriku ada". Kemudian saya merasa agak lega, karena di saat yang demikian saya baru meyakini bahwa saya masih hidup, meskipun berada di sebuah ruang dimensi yang berbeda. Kemudian saya berpikir, jika memang saya masih hidup, lalu mengapa saya tidak berpikir ke arah yang baik. Saya adalah George, dan saya berada di tengah kegelapan, namun saya tahu bahwa saya masih hidup, saya adalah diri saya. Dan saya tidak boleh berpikir ke arah yang buruk.

Kemudian saya berpikir, kegelapan, bagaimana mungkin bisa baik. Jika baik seharusnya ada cahaya. Dan tiba-tiba saya lalu berada di tengah cahaya berkilauan, cahaya yang sangat terang benderang. Warna putih yang terang benderang, sangat menyilaukan mata. Seperti cahaya blitz kamera yang begitu menyilaukan, namun tidak berkerlipan. Mula-mula saya merasa bahwa cahaya yang menyilaukan mata ini bisa membuat orang menderita, namun perlahan-lahan saya bisa mengadaptasinya. Saya mulai merasa hangat dan nyaman, segalanya tiba-tiba berubah menjadi baik sekali.

Selanjutnya saya melihat di sekeliling, molekul sedang terbang di mana-mana, atom, proton dan neutron ada di mana-mana. Di satu sisi, semua benda ini kacau balau tidak teratur, namun pada sisi lainnya, yang mendatangkan kegembiraan yang tiada tara pada diri saya adalah bahwa semua benda yang semrawut ini juga berada dalam simetri mereka sendiri. Simetri ini indah dan merupakan suatu kesatuan, Dia membuat segenap tubuhku penuh dengan kebahagiaan yang sangat. Metode keberadaan kehidupan dan kealamian yang menyeluruh hadir di depan mataku. Di saat yang demikian rasa cemas terhadap ragaku telah lenyap sama sekali, karena saya tahu bahwa saya sudah tidak membutuhkannya, pada kenyataannya dia justru merupakan rintangan bagiku dalam meninjau dunia.

Segala hal yang saya alami semuanya berpadu menjadi satu, maka dari itu sangat sulit bagi saya untuk melukiskan dengan menurut urutan peristiwa yang terjadi. Waktu sepertinya telah terhenti, dulu, sekarang, dan akan datang bagi saya sama sekali sudah bersatu dalam kesatuan yang tidak ada konsepsi waktunya. Tidak tahu kapan, saya telah melihat perjalanan seumur hidup diri saya. Dalam sekilas itu saya telah melihat seluruh kehidupan abadi diri sendiri.

Saya menyadari bahwa kehidupan ada di mana-mana, tidak hanya kehidupan dunia fana, melainkan juga kehidupan yang tak terbatas. Semua ini tidak hanya berhubungan bersama, lagi pula semuanya ini memang merupakan satu kesatuan. Saya bisa pergi ke tempat lain dalam sekejap waktu. Saya berusaha mencoba berkomunikasi dengan orang yang saya jumpai, di antaranya ada beberapa orang telah merasakan keberadaanku, namun tidak ada orang mempedulikan diriku. Saya merasa harus mempelajari filsafat dan Alkitab. Apa yang Anda inginkan, Anda bisa mendapatkannya. Dan akan datang dengan apa yang terlintas dalam pikiran Anda, saya pernah kembali ke kerajaan Romawi, Babilon, serta zaman Nabi Nuh dan Abraham, semua nama zaman yang bisa Anda sebutkan, saya pernah ke sana.

Saya telah meliputi semua peristiwa dan pengalaman yang indah ini, hingga saat mereka melakukan autopsi dan menoreh bagian perutku, saya merasakan sebuah kekuatan yang sangat besar telah memegang leherku dan ditekan ke bawah, kekuatan ini demikian besarnya, sehingga saya membuka sepasang mataku, dan merasakan sakit yang sangat. Tubuh saya dingin sekali, dan mulai menggigil, lalu segera dilarikan ke rumah sakit. 

Sedikit demi sedikit, aku menjadi sehat lagi. Tetapi aku tidak pernah akan kembali ke orang sebelumnya, karena hal satu satunya yang ingin kulakukan untuk sisah hidupku adalah belajar kebijaksanaan. Minat baru ini memimpin aku untuk menghadiri Universitas Georgia dimana aku mengambil Ph.D. keduaku, dalam bidang psikologi agama. Kemudian aku menjadi pendeta dalam Gereja  Ortodoks Timur. Achirnya, dalam tahun 1989, kami datang ke Amerika dan sekarang aku bekerja sebagai pendeta di Gereja Persatuan Metodis Pertama di kota Nederland, negara bagian Texas.
Setiap orang yang pernah menerimah pengalaman semacam ini dari Allah,  yang telah merasa hubungan dengan kenyataan yang begitu hebat, mengetahui bahwa hanya ada satu pekerjaan yang benar-benar penting dalam kehidupan ini yaitu mengasihi; mengasihi alam, mengasihi sesama manusia, mengasihi binatang-binatang, mengasihi penciptaan, karena ada saja. Melayani ciptaan Allah dengan tangan yang hangat dan penuh kasih serta kemurahan hati – hanya ini yang merupakan hidup yang berarti.
Banyak orang merasa bahwa mereka yang telah menerima pengalaman hampir mati memiliki jawaban-jawaban. Tetapi aku tahu ini tidak benar, tidak sepenuhnya. Tidak ada diantara kita yang memahami secara sempurna semua kebenaran besar kehidupan sampai kita achirnya menjadi satu dengan kekekalan dan kematian. Sampai saat itu, sifat dasar kita adalah untuk mencari jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan kami yang paling dalam mengenai pengalaman hampir mati dan keabadian.

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.