10. Williamina “Minnie” Dean 1844 - 1895
Minnie Dean adalah satu-satunya wanita yang dieksekusi dalam sejarah Selandia Baru. Dia dieksekusi dengan digantung. Berkedok menyelamatkan gadis muda yang miskin, wanita iblis ini membunuh anak mereka dan mengambil uang mereka untuk meningkatkan gaya hidupnya. Pada waktu itu, wanita muda yang hamil tanpa suami dijauhi oleh masyarakat. Hal ini memunculkan suatu kejadian phenomena yang disebut “baby farming” dimana orang akan mengajukan diri untuk mengambil anak mereka dan membesarkan mereka dengan gaji dari pemerintah. Dean adalah salah satu orang tua asuh, tetapi daripada membesarkan anak-anak itu, dia justru membunuh mereka ketika ada kesempatan dan mengambil gaji itu. Hal ini sangat memungkinkan dilakukan karena orang tua adopsi tidak harus mendaftar sesuai hukum. Dalam banyak kasus, anak-anak itu lenyap di rumah para orang tua asuh ini. Dean membunuh paling tidak 3 anak tetapi banyak orang yang menduga dia membunuh lebih dari itu. Saat ini, tulang dari 3 anak itu disimpan didalam museum pribadi polisi Selandia Baru.
9. Dorothea Puente 1929
Korban : 9 orang
Dorothy Puente adalah wanita tua yang menjalankan usaha rumah kos. Selama dia menjalankan usaha ini, dia pelan-pelan membunuh orang-orang yang tinggal bersamanya dan memalsukan tanda tangan mereka untuk pemeriksaan keamanan. Dia tidak mengijinkan penyewa-penyewa itu untuk menggunakan telepon atau surat. Dia akan mengambil semua uang yang dikirim untuk para penyewa itu dan menyimpannya untuk dirinya sendiri. Para korbannya biasanya sedang mabuk, dan menderita schizophrenia. Salah satu mayat yang ditemukan dikebun belakang, ditemukan tanpa kepala, lengan, dan kaki. Uang yang dia curi, dia pakai untuk pakaian-pakaian mewah, parfum dan operasi pengencangan kulit muka sesaat sebelum dia tertangkap. Puente tidak memperlihatkan penyesalan yang dalam atas kejahatan yang dia lakukan dan saat ini dia berada dipenjara dengan hukuman seumur hidup.
8. Karla Homolka 1970
Korban : 3 (diduga ada 5 orang lainnya)
Karla Homolka adalah pembunuh serial dari Kanada yang menarik perhatian media diseluruh dunia ketika dihukum karena membantu suaminya, Paul Bernardo untuk memperkosa dan membunuh gadis-gadis remaja, termasuk juga adiknya sendiri Tammy Homolka. Karla merekam kebrutalan dan pembunuhan gadis muda yang dilakukan oleh suaminya, rekeman video ini digunakan untuk melawan mereka dipengadilan dan beberapa bagian dapat disaksikan diinternet walaupun pemerintah Kanada meminta agar video itu dihapuskan. Yang lebih mengejutkan lagi, Homolka dibebaskan dari penjara pada tahun 2005 setelah hanya dihukum 12 tahun dan sekarang hidup di West Indies.
7. Elena Ceauşescu 1916 - 1989
Korban : pemusnahan bangsa
Elena Ceauşescu merupakan orang Rumania yang menyatakan diri sebagai ilmuwan, istri dari pimpinan komunis Romania Nicolae Ceauşescu, dan wakil perdana menteri Romania. Romania menyatakan bahwa Elena Ceauşescu bertanggungjawab atas pembebasan dari kontrol kelahiran yang menciptakan kondisi krisis selama tahun 1970-1980an, menghasilkan membanjirnya bayi yang tidak diinginkan. Bayi-bayi, dan anak-anak tersebut akhirnya tinggal di tempat yatim piatu. Dia juga mengepalai komisi kesehatan lingkungan, dimana dia menyangkal adanya AIDS di Rumania, yang merupakan salah satu kasus paling besar didunia barat. Dia juga bertanggungjawab atas kehancuran gereja-gereja dan pendistribusian makanan yang pada tahun 1980an terletak di Rumania. Dia akhirnya dieksekusi atas kejahatannya yang melawan kemanusiaan dan pengeksekusinya meneriakkan “pergilah ke neraka” ketika menghukumnya.
6. Elizabeth I of England 1533 - 1603
Korban : ribuan
Elizabeth I, dalam perintah untuk menindas paham Katolik, ribuan penganut Katolik di Inggris dan Irlandia dibunuh. Selama dia melakukan hal-hal baik untuk kehormatan parlemen, dia juga merupakan raja yang kejam. Sebagai tambahan, Elizabeth memberikan Queen Mary of Scots tempat perlindungan, lalu tiba-tiba mengkhianatinya dan meletakkan dia didalam penjara selama hamper 19tahun, lalu membunuh dia. Dia menganjurkan perompakan melawan kapal-kapal Spanyol dan mendukung penukaran budak.
5. Marybeth Tinning 1942
Korban : 9
Antara tahun 1972 dan 1985, Tinning mempunyai 8 anak, dimana semuanya ia bunuh, dan anak adposi yang dia bunuh juga. Selama waktu kematian, tidak ada satupun yang curiga bahwa dia membunuh mereka, dan justru menyalahkan kelainan genetic. Hal ini terjadi walaupun anak adopsinya adalah anak ketujuh yang dibunuh. Dia mengaku bahwa dia mencekik anak-anaknya, tetapi kemudian dia menarik kembali pengakuan itu. Dia dihukum 20 tahun penjara, dan kedua permintaan pembebasan bersyarat ditolak.
4. Rosemary West 1953
Korban : 12 +
Bersama suaminya Fred, Rosemary West dipercaya telah menyiksa dan membunuh 12 wanita muda. Pada agustus 1992 Fred West ditangkap setelah tertuduh memperkosa anaknya yang berumur 13 tahun sebanyak 3 kali, dan Rosemary West ditangkap atas kekejaman terhadap anak. West mengembangkan kebiasaan untuk mengambil anak-anak perempuan dari pemberhentian bus disekitar Gloucester, Inggris dan memenjarakan mereka dirumah mereka untuk beberapa hari sebelum membunuhnya. West mempunyai nafsu seksual yang besar sekali dan menikmati perbudakan ekstrem dan seksual sadomasocithistic. Rosemary adalah seorang biseksual dan banyak korban-korban mereka untuk kepuasan seks dia dan suaminya. West juga bekerja sebagai pelacur. Dua dari anak mereka adalah anak dari kliennya. West adalah salah satu dari hanya dua wanita yang pernah dihukum mati dipenjara di UK (yang lainnya adalah Myra Hindley yang sudah meninggal saat ini)
3. Phoolan Devi 1963 - 2001
Korban : 22 +
Phoolan Devi adalan dacoit India (perampok bersenjata) yang mempunyai karir singkat sebagai politican nantinya. Pada 1970an dia diculik oleh dacoit gank dan dia akhirnya bergabung dengan mereka untuk melakukan kejahatan. Pada satu saat dia diperkosa oleh grup laki-laki di Behmai. Dia memilih untuk lari dan melanjutkan hidupnya untuk melakukan kejahatan, merampok dari orang-orang kaya. Lalu dia akhirnya kembali ke Behmai dan dia memerintahkan semua laki-laki untuk berbaris dan menembak mereka semua. Paling tidak sekitar 22 laki-laki terbunuh. Lalu dia akhirnya ditangkap dan menghabiskan 11 tahun penjara. Dia masuk kedalam dunia politik, tetapi hanya dalam waktu yang singkat karena adanya pemberontakkan. Secara mengejutkan, tahun 1998, Phoolan Devi dinominasikan untuk mendapatkan penghargaan Nobel oleh beberapa anggota parkemen Inggris. Pada tahun 2001, dia dibunuh oleh seorang laki-laki dalam usaha balas dendam atas pembunuhan yang ia lakukan di Behmai.
2. Delphine LaLaurie 1775 - 1842
Korban : 10+
LaLaurie adalah kaum socialite yang kejam yang tinggal di New Orleans. Rumahnya adalah ruangan yang penuh dengan horror. Pada 10 April 1834, kebakaran terjadi di dapur dan pemadam kebakaran menemukan 2 budak yang dirantai pada kompor, dimana diyakini merekalah yang memacu kebakaran untuk mendapatkan perhatian. Pemadam kebakaran dipandu oleh budak yang lain menuju keloteng dimana terdapat hal yang lebih mengejutkan. Lebih dari satu dosin budak cacat dan buntung terbelenggu di tembok atau lantai. Beberapa menjadi subjek untuk percobaan obat yang mengerikan. Seorang laki-laki terlihat sebagai bagian pertukaran seks yang ganjil, seorang wanita terjebak di kandang yang kecil dengan lengannya yang rusak dan terlihat seperti kepiting, dan wanita lainnya tanpa tangan dan kaki, dan adanya tambalan daging pada dirinya agar terlihat seperti ulat bulu. Beberapa mulutnya dijahit dan kelaparan sampai mati, yang lainnya lagi tangannya dijahit dengan bagian badan yang lainnya. Kebanyakan ditemukan mati, tetapi beberapa masih hidup dan beberapa memohon untuk dibunuh agar tidak menderita lagi. LaLaurie lari sebelum dia diadili dan dia tidak pernah tertangkap.
1. Jiang Qing 1914 - 1991
Korban : 500.000 +
Jiang Qing adalah istri dari Mao Tse-tung seorang dictator komunis di China. Karena kepintarannya menyusun gerakan dia mendapatkan posisi yang paling berkuasa didalam partai komunis (berkuasa seperti Presiden). Dipercaya bahwa dialah otak dibalik Revolusi Budaya Cina (dimana dia menjadi wakil pemimpin). Selama Revolusi Budaya, banyak aktifitas ekonomi yang berhenti dan bangunan-bangunan kuno, artifak, barang-barang antik, buku-buku, dan lukisan-lukisan yang tidak terhitung banyaknya hancur oleh Red Guards (pasukan merah). Selama 10 tahun Revolusi Budaya juga berpengaruh kedalam sistem pendidikan yang diberhentikan dan banyak orang-orang pintar dikirim ke kamp tahanan. Jutaan orang di Cina dilaporkan mengalami penyiksaan hak-hak asasi selama Revolusi Budaya. Jutaan lainnya juga pemecatan secara paksa. Perkiraan korban kematian, orang sipil dan pasukan merah, baik dari orang barat dan orang timur sekitar 500.000 dalam kekacaubalauan pada tahun 1966-1969 tetapi perkiraan tersebut naik lagi menjadi 3 juta dari 36 juta orang yang dianiaya. de/2008
SPESIAL : Elizabeth Bathory
Elizabeth Báthory (Báthory Erzsébet di Hungaria, Alžbeta Bátoriová(-Nádasdy) di Slowakia, Elżbieta Batory dalam Polandia, lahir 7 Agustus 1560 – meninggal 21 Agustus 1614 pada umur 54 tahun), adalah countess Hungaria dari keluarga Báthory. Keluarga ini diingat untuk pertahanan melawan Utsmaniyah. Ia terkenal sebagai pembunuh berantai dalam sejarah Hungaria dan Slowakia dan diingat sebagai Wanita Berdarah Csejte (kini Čachtice). Istana Čachtice merupakan tempat ia menghabiskan hidupnya. Setelah kematian suaminya, ia dan empat pembantunya dituduh menyiksa dan membunuh ratusan wanita muda, dengan sekurangnya sebanyak 650 korban. Pada tahun 1610, ia dipenjarakan di Istana Čachtice dan menghabiskan hidupnya disana. Bathory lahir di Hungaria thn 1560, kurang lebih 100 tahun setelah Vlad 'The Impaler' Dracul meninggal. Kakek buyut Elizabeth Báthory adalah Prince Stephen Báthory yang merupakan salah satu Ksatria yang memimpin pasukan Vlad Dracul ketika dia merebut kembali kekuasaan di Walachia seabad sebelumnya.
Elizabeth terlahir dari pasangan Georges dan Anna Báthory yang merupakan bangsawan kaya raya dan salah satu keluarga bangsawan paling kaya di Hungaria saat itu. Keluarga besarnya juga terdiri dari orang-orang terpandang. Salah satu sepupunya adalah perdana menteri di Hungaria, seorang lagi adalah Kardinal. Bahkan pamannya, Stepehen kemudian menjadi Raja Polandia. Namun keluarga Báthory memiliki 'sisi' lainnya yang lebih 'gelap' selain segala kekayaan dan popularitasnya. Disebutkan bahwa salah satu pamannya yang lain adalah seorang Satanis dan penganut Paganisme sementara seorang sepupunya yang lain memiliki kelainan jiwa dan gemar melakukan kejahatan sexual.
Pernikahan dengan Ferenc NádasdyTahun 1575, di usia 15 tahun Elizabeth menikah dengan Count Ferenc Nádasdy yang 10 tahun lebih tua darinya. Karena suaminya berasal dari bangsawan yang lebih rendah, maka Count Ferenc Nádasdy menggunakan nama Báthory dibelakangnya. Elizabeth tetap menggunakan nama keluarganya yaitu Báthory dan tidak menjadi Nádasdy. Kedua pasangan tersebut kemudian tinggal di Istana Čachtice, yang merupakan sebuah kastil di atas pegunungan dengan desa Čachtice dilembah dibawahnya. Suaminya jarang mendampingi Elizabeth karena Count Ferenc lebih sering berada di medan pertempuran melawan Turki Usmani (Ottoman Empire). Ferenc kemudian menjadi terkenal karena keberaniannya di medan pertempuran, bahkan dianggap sebagai pahlawan di Hungaria dengan julukan 'Black Hero of Hungary'.
Elizabeth yang masih muda tentu senantiasa merasa kesepian karena selalu ditinggal sang suami. Disebutkan dia memiliki kebiasaan mengagumi kecantikannya dan kemudian memiliki banyak kekasih gelap yang melayaninya selama sang suami tidak berada di tempat. Elizabeth bahkan pernah melarikan diri bersama kekasih gelapnya namun kemudian kembali lagi dan suaminya memaafkannya. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi ketagihan Elizabeth akan kepuasan seksual. Disebutkan juga Elizabeth menjadi seorang biseksual dengan melakukan hubungan lesbian dengan bibinya, Countess Klara Báthory.
[Elizabeth kemudian mulai terpengaruh dengan satanisme yang diajarkan oleh Dorothea Szentes, biasa disebut Dorka, salah seorang pelayan terdekatnya. Karena pengaruh Dorka, Elizabeth mulai menyenangi kepuasan seksual lewat penyiksaan yang dilakukannya terhadap pelayan-pelayan lainnya yang masih muda. Selain Dorka, Elizabeth dibantu beberapa pelayan terdekatnya yaitu: suster Iloona Joo, pelayan pria Johaness Ujvari dan seorang pelayan wanita bernama Anna Darvula, yang merangkap sebagai kekasih Elizabeth.
Bersama para kru S&M-nya, Elizabeth mengubah Istana Čachtice menjadi pusat teror dan penyiksaan seksual. Para gadis muda yang jadi pelayannya disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan seperti diikat, ditelanjangi lalu dicambuk dan juga menggunakan berbagai alat untuk menyakiti bagian-bagian tubuh tertentu.
Tahun 1600, Ferenc meninggal dan era teror sesungguhnya dimulai. Memasuki usia 40 tahun, Elizabeth menyadari bahwa kecantikannya mulai memudar. Kulitnya mulai menunjukan tanda-tanda penuaan dan keriput yang sebenarnya lumrah di usia tersebut. Tapi Elizabeth adalah pemuja kesempurnaan dan kecantikan dan dia akan melakukan apa saja demi mempertahankan kecantikannya. Suatu saat seorang pelayaan wanita yang sedang menyisir rambutnya secara tidak sengaja menarik rambut Elizabeth terlalu keras. Elizabeth yang marah kemudian menampar gadis malang tersebut. Darah memancar dari hidung gadis itu dan mengenai telapak tangan Elizabeth. Saat itu Elizabeth disebutkan 'menduga dan percaya' bahwa darah gadis muda memancarkan cahaya kemudaan mereka. Serta merta dia memerintahkan pelayannya, Johannes Ujvari dan Dorka menelanjangi gadis tersebut, menariknya keatas bak mandi dan memotong urat nadinya. Ketika si gadis meninggal kehabisan darah, Elizabeth segera mesuk kedalam bak mandi dan berendam dalam kubangan darah. Dia menemukan apa yang diyakininya sebagai 'Rahasia Awet Muda'.
Ketika semua pelayan mudanya sudah mati, Elizabeth mulai merekrut gadis muda di desa sekitarnya untuk dijadikan pelayan di Kastilnya. Nasib mereka semuanya sama , diikat diatas bak mandi kemudian urat nadi mereka dipotong hingga darah mereka menetes habis kedalam bak mandi. Seringkali Elizabeth berendam didalam kolam darah sambil menyaksikan korbannya sekarat meneteskan darah hingga tewas. Sesekali Elizabeth bahkan meminum darah para gadis tersebut untuk mendapatkan apa yang ia sebut 'inner beauty'.
[Akhir Kiprah dan PenangkapanLama kelamaan Elizabeth merasa bahwa darah para gadis desa masih kurang baginya. Demi mendapat darah yang menurutnya lebih berkualitas, Elizabeth mengincar darah para gadis bangsawan rendahan. Dia kemudian melakukan penculikan terhadap gadis-gadis bangsawan untuk dijadikan korbannya. Namun hal tersebut menjadi bumerang baginya. Hilangnya gadis-gadis bangsawan dengan cepat mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan, orang-orang berpengaruh, hingga Raja sendiri. Tanggal 30 Desember 1610, pasukan tentara dibawah pimpinan György Thurzó, yang merupakan sepupu Elizabeth sendiri, menyerbu Istana Čachtice di malam hari. Mereka semua terkejut melihat pemandangan yang mereka temukan di dalam Istana Čachtice. Mayat seorang gadis yang pucat kehabisan darah tergeletak diatas meja makan, seorang lainnya yang masih hidup namun sekarat ditemukan terikat di tiang dengan kedua urat nadinya disayat hingga meneteskan darah. Di bagian penjara ditemukan belasan gadis yang sedang ditahan menunggu giliran dibunuh. Kemudian di ruang basement ditemukan lebih dari 50 mayat yang sebagian besar sudah mulai membusuk.
Sekurangnya 650 nama tercatat dalam pengadilan atas Elizabeth Bathory di tahun 1611. Nama-nama itu didapat berdasarkan laporan dari berbagai pihak. Mulai dari keluarga-keluarga petani hingga bangsawan. Elizabeth sendiri tidak pernah didatangkan ke pengadilan untuk diadili secara langsung. Hanya empat pelayannya yang diadili dan kemudian dihukum mati. Raja Hungaria memerintahkan Elizabeth dikurung dalam kamarnya di Istana Čachtice selama sisa hidupnya. Para pekerja kemudian dikerahkan untuk menutup semua pintu dan jendela ruang kamar Elizabeth dengan tembok dengan hanya menyisakan lubang kecil yang digunakan untuk memasukan makanan dan minuman.
Tahun 1614, atau 4 tahun setelah Elizabeth diisolasi dengan tembok di kamarnya sendiri, seorang penjaga melihat makanan yang disajikan untuk Elizabeth tidak tersentuh selama seharian. Penjaga itu kemudian mengintip kedalam dan melihat sang Countess tertelungkup dengan wajah di lantai. Elizabeth 'The Blood Countess' Báthory meninggal di usia 54 tahun pada 21 Agustus 1614.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.