Sunday, June 30, 2013

27. Kepribadian Menurut Hans Eysenck





A.    SEJARAH DAN LATAR BELAKANG TOKOH
Hans Jurgen Eysenck dilahirkan di Berlin, Jerman, 4 maret 1916. Kedua orangtuanya adalah selebritis yang sangat berharap bahwa Eysenck kelak dapat menjadi seorang aktor. Pada usia 2 tahun Eysenck terpaksa dibesarkan oleh neneknya karena orangtuanya bercerai. Setelah tamat SMU Hans Eysenck memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri karena ia merasa tidak senang dengan kekuasaan NAZI. Sebagai seorang Yahudi tentu saja kehidupannya terancam. Ia meninggalkan Jerman dan akhirnya menetap di Inggris.

Dalam perjalanannya mencari ilmu ia telah menyelesaikan beberapa jenjang pendidikan antara lain : University College of Exeter, Inggris, sastra dan sejarah (musim panas, 1933), Universitas Dijon, Perancis, sastra dan sejarah (beberapa bulan sebelum masuk London University), Universitas London, B.A. dalam psikologi dengan penghargaan kelas (1935-1938), London University, Ph.D. psikologi (di bawah Burt) (1940).
Selanjutnya H. J. Eysenck dalam mengembangkan keilmuannya ia banyak berkecipung dalam dunia pendidikan dan juga banyak terlibat dalam berbagai penelitian antara lain : Penelitian psikolog, Mill Hill Darurat Rumah Sakit, London (1942-1946) , Peneliti senior psikolog, Maudsley Hospital, London (1946-1950), Pendiri, Departemen Psikologi, University of London Institute of Psychiatry (1946); Departemen Chair (1950-1955); Profesor (1955-1983); Profesor Emeritus (1983-1997), Pendiri, Journal of Personality and Individual Differences (1980). Setelah melihat perjalanan Eysenck dalam hal pendidikannya akan sulit untuk meramalkan bahwa Eysenck Hans pada akhirnya akan menjadi salah satu tokoh dunia yang paling produktif dan sering dikutip psikolog. Dia pertama kali tertarik pada kajian sastra dan sejarah, dan kemudian masuk ke program psikologi di perguruan tinggi hanyalah konsesi untuk mereka yang berwenang. Sebenarnya Eysenck ingin masuk ke jurusan fisika, tetapi ia tidak memenuhi persyaratan untuk masuk yang ditetapkan oleh University of London. Pada awalnya ia kecewa dengan mata kuliah psikologi, tetapi kemudian dia dengan cepat belajar untuk menikmati kajian psikologi. Dalam tenggang waktu selama 60 tahun, Eysenck menerbitkan lusinan buku dan lebih dari 1000 artikel jurnal.
Karya dari Eysenck dipengaruhi oleh statistik analisa faktor  yang merupakan pemikiran psikolog eropa yang mempelajari tipe kepribadian, khususnya Jung dan Kretschmer. Eysenck  mengatakan bahwa intelegensi merupakan sesuatu yang diturunkan sejak lahir. Dia adalah seorang kritikus awal mengenai efektivitas psikoterapi, Dia juga mengkritik sifat ilmiah dari banyak varietas akademik psikologi. Ia merasa bahwa hanya metode ilmiah (karena ia memahaminya) bisa memberi kita pemahaman yang akurat tentang manusia. Sebagai ahli statistik, ia merasa bahwa metode matematika sangat penting. Sebagai seorang psikolog yang berorientasi fisiologis, ia merasa bahwa hanya  penjelasan fisiologis adalah yang  berlaku.
Eyenck  memperkenalkan konsep ekstroversi (introversi-ekstraversi) dan neurotisme (neurotik-stabil) sebagai dua dimensi dasar kepribadian. Dia percaya bahwa karakteristik kepribadian dapat diuraikan berdasarkan dua dimensi tersebut, yang disebutnya dengan “Supertraits”.
B.     DEFINISI KEPRIBADIAN
Menurut Eysenck, kepribadian adalah jumlah total pola tindakan aktual atau potensial organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan. Kepribadian itu sendiri terbentuk dan berkembang melalui adanya interaksi fungsional empat faktor yaitu faktor kognitif (intelegensi), faktor konatif (karakter), faktor afektif (temperamen), dan faktor somatik  (konstitusi).
Corak yang khas pada pendapat Eysenck ini adalah kata “faktor somatik”. Perhatian terhadap faktor konstitusional ini muncul dari pengalaman praktis, dimana dalam tugasnya, Eysenck sering menggunakan tubuh sebagai variabel kepribadian yang relevan.

C.    STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Eysenck, kepribadian tersusun dalam suatu hierarki yang memiliki 4 tingkatan berdasarkan tingkat keumumannya, yakni :
1.   Type
2.   Trait
3.   Habitual Response
4.   Specific Response
·      Specific Response berada di hierarki terendah karena specific response merupakan kumpulan tindakan atau respon yang paling tidak umum, yang terjadi sesekali saja. Misalnya, membeli barang, menelepon teman, memindahkan perabot.
·      Habitual response atau yang kita kenal kebiasaan bertingkah laku dan berpikir. Habitual response merupakan kumpulan dari specific response dimana tindakan atau respon yang dilakukan bisa terulang kembali pada saat-saat tertentu. Misalnya, kebiasaan seseorang untuk membeli makanan dan minuman maupun mengundang teman bila mengadakan suatu pesta. 
·      Trait (sifat), kumpulan dari habitual response, kemunculannya lebih konsisten. Misalnya, orang yang pesta tadi, ia selalu terlihat berkumpul bersama orang-orang, maka bisa dihipotesakan ia memiliki trait sosialis.
·      Type (tipe) merupakan kumpulan dari trait. Eysenck membagi tipe menjadi 3 dimensi :
1.   Extraersi (E) vs Intraversi
2.   Neurotisisme (N) vs Stabilitas Emosional
3.   Psikotisme (P) vs Kontrol Impuls
Masing-masing dimensi diatas memiliki 9 trait, sehingga jumlah ketiganya 27 trait. Seseorang mungkin saja memiliki kombinasi dari ketiga dimensi diatas. Keseluruhan trait tersebut berupa:
Extraversi
Neurotisisme
Psikotisme
Sosialis
Pencemas
Agresif
Lincah
mudah depresi
Dingin
Aktif
selalu merasa bersalah
Egosentrik
Asertif
rendah diri
tak empatik
pencari sensasi
Tegang
Impulsif
Periang
Irasional
Antisosial
Dominan
Pemalu
Kreatif
Pemberani
suasana hati yang suka berubah
keras hati
Dimensi kepribadian seseorang dinilai berdasarkan kesesuaian trait orang tersebut. Misalnya,orang yang sangat bertolak belakang dengan trait yang dimiliki oleh ekstraversi artinya ia adalah orang yang introvert, dan sebaliknya.

Kecerdasan
Eysenck juga meneliti tentang kecerdasan, meskipun ia tidak memasukkannya ke dalam dimensi kepribadian. Eysenck berpendapat bahwa kecerdasan berpengaruh penting dalam kepribadian. Ia mencatat bahwa individu dengan IQ 120 mempunyai kepribadian yang lebih kompleks dibanding individu dengan IQ 80. Eysenck berpendapat bahwa 80 persen kecerdasan dipengaruhi oleh faktor keturunan dan 20 persen dibentuk dibentuk dari lingkungan.

D.    DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dinamika kepribadian mempelajari interaksi antar struktur dari kepribadian tertentu. Dengan menggunakan metode analisis faktor, Eysenck berhasil mengidentifikasi tiga dimensi dasar kepribadian yaitu Extraversion, Neuroticism, dan Psychoticism. Extraversion, Neuroticism dan Psychoticism diberikan ruang 2 dimensi untuk menggambarkan perbedaan individu dalam perilaku. Pada prinsipnya, setiap orang dapat ditempatkan dalam ruang tiga dimensionalini tetapi dalam tingkatan yang berbeda.
Berdasarkan pendapat Jung yang didukung oleh Eysenck (Suryabrata,1995; Naisaban, 2003) ada tiga type kepribadian manusia :
·         Extraversion
Konsep Eysenck mengenai ekstraversi mempunyai sembilan sifat dan introversi adalah kebalikan dari trait ekstraversi, yakni: tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut.
Eysenck yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstraversi dan introversi adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arausal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL adalah gambaran bagaimana korteks mereaksi stimulasi indrawi. CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang ekstraversion CAL-nya rendah, sehingga dia banyak membutuhkan rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya introvers CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan rangsangan sedikit untuk mengaktifkan korteksnya. Sehingga orang yang introvers menarik diri, menghindar dari riuh-rendah situasi disekelilingnya yang dapat membuatnya kelebihan rangsangan.

Extrovert
Introvert
Orang Extrovert lebih memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta hura-hura, olahraga beregu (sepakbola, arung jeram), minum alkohol dan mengisap mariyuana.
Orang introvert memilih aktivitas yang miskin rangsangan sosial, seperti membaca, olahraga soliter (main ski, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif.
Kondisi keramaian meningkatkan performa orang-orang Extrovert
Lebih sensitive terhadap rasa sakit dan Cenderunglebihberhati-hati
Ekstraverlebih memilih liburan yang mengandunginteraksi dengan orang lain
introvert kurang membutuhkan sesuatu yang baru
Ekstravert lebih aktif secara seksual
Introvert lebih baik di sekolah
Ekstravert menikmati  humor seksual dan agresif yang eksplisit
sedangkan introvert lebih memilih bentuk humor intelektual seperti permainan kata dan canda yang tersamar.


·         Neuroticism
Neurotisisme-stabiliti mempunyai komponen hereditas yang kuat, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan obsesif-kompulsif. Juga ada keseragaman antara orang kembar-identik lebih dari kembar-fraternal dalam hal jumlah tingkah laku antisosial dan asosial seperti kejahatan orang dewasa, homoseksualitas.
Dasar biologis dari neurotisisme adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous Reactivity). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotik.
Dasar biologis dari neurotisisme adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous Reactivity).
Subyek
Dimensi
CAL
ANS
Simptom
(A)
Introver-Neurotik
Tinggi
Tinggi
Gangguan psikis tingkat pertama
(B)
Ekstraver-Neurotik
Rendah
Tinggi
Gangguan psikis tingkat kedua
(C)
Introver-Stabilita
Tinggi
Rendah
Normal introvers
(D)
Ekstravers-Stabilitas
Rendah
Rendah
Normal ekstravers
Keterangan :
Ø  A adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim neurotisisme). Orang itu cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif, disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama (disorders of the first kind).
Ø  B adalah orang ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal, atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).
Ø  C adalah orang normal yang introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat dipercaya.
Ø  D adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang bicara/bergaul.

·         Psychoticism
Psychoticism, ditambahkan ke model pada akhir tahun 1970, berdasarkan kolaborasi antara Eysenck dan istrinya, Sybil BG Eysenck,  yang adalah editor saat Personality and Individual Differences.
Orang yang skor psikotisismenya tinggi memiliki sifat agresif, dingin, egosentrik, impulsif, antisosial, keatif, keras hati. Sebaliknya orang yang skor psikotisismenya rendah memiliki trait baik hati, hangat, penuh perhatian, akrab, tenang, sangat sosial,empatik, kooperatif, dan sabar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Psikotisisme juga mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model). Orang yang variabel psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psikotik. Pada masa orang hanya mengalami stress yang rendah, skor P yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.
Fitur Eysenck adalah pandangannya yang berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen yang mengetengahkan empat tipe kepribadian dasar : Melankonis, Plegmatis, Koleris, dan Sanguis.
         Tinggi N dan Rendah E = tipe melankolis
         Tinggi N dan Tinggi E = tipe koleris
         Rendah N dan Tinggi E = tipe sanguinis
         Rendah N dan Rendah E = tipe plegmatis

                           

Tipe
Trait
Sanguinis
Mempunyai energi yang besar , suka bersenang-senang dan supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih saying, dukungan, dan penerimaan orang disekelilingnya. Orang yang bertype sanguine suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, bila ia tidak teratur, emosional dan sangant sensitive terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguine sering dikenal sebagai tukang bicara.
Korelis
Suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan. Orang yang bertype koleris menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesame, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menberima tugas-tugas sulit. Tapi juga mereka suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasikan sebagai pelaksanan.
Melankolis
Cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalamn type ini butuh ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang bertype melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka keteraturan. Karena itu, orang melankolis sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkan tidak sempurna. Orang melankolis sering diidentifikasikan sebagai pemikir.
Plegmatis
Kepribadian yang seimbang, stabil, merasa diri cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tidak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka beresiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahaan. Orang type ini kurang disiplin dan motivasi, sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban, bukannya ia kurang cerdas, tapi karena ia lebih cerdas dari yang lainnya. Orang phlegmatis tidak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat disaat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Orang phlegmatic kadang diidentifikasikan sebagai pengamat.

E.     PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori kepribadian Eysenck menekankan peran herediter sebagai faktor penentu dalam perolehan trait ekstraversi, neurotisisme, dan psikotisisme (juga kecerdasan). Hal ini sebagian didasarkan pada bukti hubungan korelasional antara aspek-aspek biologis, seperti CAL (Cortical Arousal Level) dan ANS (Automatic Nervous System Reactivity) dengan dimensi-dimensi kepribadian.
Namun, Eysenck juga berpendapat bahwa semua tingkah laku yang tampak, tingkah laku pada hirarki kebiasaan dan respon spesifik, semuanya (termasuk tingkah laku neurosis) dipelajari dari lingkungan. Eysenck berpendapat inti dari fenomena neurotis adalah reaksi takut yang dipelajari atau terkondisikan. Hal itu terjadi manakala satu atau dua stimulus netral diikuti dengan perasaan sakit atau nyeri fisik maupun psikologis. Apabila traumanya sangat keras dan mengenai seseorang yang faktor hereditasnya rentan menjadi neurosis, maka bisa jadi cukup satu peristiwa traumatis untuk membuat orang itu mengembangkan reaksi kecemasan dengan kekuatan yang besar dan sukar berubah (diatesis stress model).
Sekali conditioning ketakutan atau kecemasan terjadi, pemicunya akan berkembang bukan hanya terbatas pada objek atau peristiwa asli, tetapi ketakutan atau kecemasan itu juga dipicu oleh stimulus lain yang mirip dengan stimulus asli atau stimulus yang dianggap berkaitan dengan stimulus asli. Mekanisme perluasan stimulus ini mengikuti Prinsip Generalisasi Stimulus yang banyak dibahas dalam paradigma behaviourisme. Setiap kali orang menghadapi stimulus yang membuatnya merespon dalam bentuk usaha menghindar atau mengurangi kecemasan, menurut Eysenck, orang itu menjadi terkondisi perasaan takut atau cemasnya dengan stimuli yang baru saja dihadapinya. Jadi, kecenderungan orang untuk merespon dengan tingkah laku neurotik semakin lama semakin meluas, sehingga orang itu menjadi mereaksi dengan ketakutan stimuli yang hanya sedikit mirip atau bahkan tidak mirip sama sekali dengan objek atau situasi menakutkan yang asli.
Menurut Eysenck, stimulus baru begitu saja dapat diikatkan dengan stimulus asli, sehingga orang mungkin mengembangkan cara merespon stimuli yang terjadi serta merta akibat adanya stimuli itu, tanpa tujuan fungsional. Eysenck menolak analisis psikodinamik yang memandang tingkah laku neurotik dikembangkan untuk tujuan mengurangi kecemasan. Menurutnya, tingkah laku neurotik sering dikembangkan tanpa alasan yang jelas, sering menjadi kontraproduktif, semakin meningkatkan kecemasan dan bukan menguranginya.
Eysenck tidak menutupi kemungkinan adanya pengaruh lingkungan pada kepribadian, seperti interaksi keluarga di masa kecil, tetapi dia percaya pengaruhnya terhadap kepribadian adalah terbatas.

F.     PSIKOPATOLOGI
Menurut Eysenck, neurotisme dan psikotisme itu bukan sifat patologis, walaupun individu yang mengalami gangguan akan memperoleh skor yang ekstrim. Ekstravert, neurotisme, dan psikotisme, tiga dimensi ini merupakan bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; Ektraversion - Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism - Impulse Control. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada di tengah-tengah polarisasi, dan semakin mendekati titik ekstrim, jumlahnya semakin sedikit.
Hal ini dapat diartikan bahwa, orang yang variable psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psikotik. Pada masa orang hanya mengalami stress yang rendah, skor psikotis yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.
G.    ASSESMENT
Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk memahami klien, yaitu :
1Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara keduanya.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), alat tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking), yang terpenting dalam tes ini yaitu untuk mengukur ekstraversi dan neurotisme secara independen dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.
3. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap dipublikasikan). Memasukan skala psikotik.
4. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ. Mempunyai versi dewasa dan anak-anak.

H.    ISU – ISU PENTING DALAM KEPRIBADIAN
Aspek penting dari banyaknya teori kepribadian dapat digambarkan dari sifat alamiah manusia diformulasikan  oleh masing-masing ahli teori. Masing-masing ahli teori mempunyai konsepsi alamiah manusia yang dituangkan pada beberapa pertanyaan dasar yang ada, yaitu :
1.   Keinginan bebas (Free Will) vs Determinasi?
Apakah kita langsung sadar dengan segala tindakan kita,  atau tindakan kita diatur oleh kekuatan lain?
Eysenck lebih menekankan pada determinasi biologis, karena menurut Eysenck, faktor kepribadian seperti Psikotisme, Neurotisme, Ekstroversi semuanya mempunyai kekuatan determinasi biologis. Dia juga memperkirakan bahwa sekitar ¾  variasi dari 3 dimensi kepribadian dapat dihitung degan hereditas dan sekitar 1/4 dengan faktor lingkungan. 
2. Alamiah (herediter/nature) vs Lingkungan (Nurture)?
Apakah kita lebih dipengaruhi oleh herediter (nature) atau lingkungan kita (nurture)?
Sudahlah jelas bahwa menurut Eysenck kepribadian manusai lebih banyak dipengaruhi oleh hereditas sebesar 80 persen dan hanya 20 persen dari lingkungan.
3. Masa Lalu (Past) vs Masa Sekarang (present)? 
Apakah kepribadian kita ditetapkan oleh peristiwa awal dalam kehidupan kita atau dapat dibentuk oleh pengalaman pada masa dewasa?
Konsep trait kepribadian lebih kepada bentuk yang konsisten dari cara individu berprilaku, merasa dan berpikir. Dalam peneleitian telah menunjukkan bahwa trait dan dimensi Eysenck mengusulkan masih stabil sepanjang rentang kehidupan dari permulaan masa anak-anak sampai akhir dewasa, meskipun ada perbedaan pengalaman sosial dan lingkungan yang berbeda pula. Jadi, cukuplah jelas bahwa trait kepribadian menurut Eysenck ditetapkan melalui peristiwa awal kehidupan kita, walaupun 20%-nya ditentukan oleh pengaruh sosial dan lingkungan.
4. Keunikan (Uniqueness) vs Kesamaan (Universality)?
Apakah kepribadian masing-masing manusia adalah unik, atau ada kesamaan yang luas dari bentuk kepribadian beberapa orang yang sesuai?
Sudah pasti ada kesamaan yang luas dari bentuk kepribadian dari beberapa wilayah di dunai (orang yang sama atau sesuai). Hal ini berkaitan dengan teori trait Eysenck, yang menyatakan bahwa hampir 80% trait kepribadian manusai dipengaruhi oleh pewarisan sifat atau herediter.
5. Keseimbangan (Equilibrium) vs Pertumbuhan (Growth)?
Apakah kita dengan mudah terdorong untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis atau dalam keadaan seimbang atau apakah dorongan tumbuh dan berkembang membentuk perilaku kita?
Menurut Eysenck, cukuplah jelas bahwa akan terjadi keseimbangan fisiologis dalam pembentukan perilaku, karena trait ditentukan secara herediter dan merupakan pembagian tugas kepribadian yang semi-permanent. Artinya trait yang diturunkan secara herediter ini, berada pada bagian tengah dalam organisasi perilaku menurut Eysenck.
6. Keputusasaan (Pesimism) vs Harapan Baik (Optimism)
Apakah dasarnya kita baik atau jahat?
Pada dasarnya kita adalah baik, sesuai dengan supertrait Psikotisme vs Fungsi Superego. Eysenck juga setuju dengan teori Abraham Maslow yang mengemukakan bahawa kesehatan mental berawal dari aktualisasi diri (score P yang rendah) sampai schizoprenia dan psikosis (score P yang tinggi). 

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.