Friday, February 8, 2013

Makna Simbolik di Balik Perayaan Imlek



Tahun baru Imlek atau “Sintjia” sebentar lagi akan tiba. Bagi masyarakat Tiongkok ini adalah hari yang paling ditunggu. Begitu juga dengan komunitas China di Indonesia, untuk yang masih keturunan China asli atau peranakan. Mereka menyambut perayaan tahun baru ini yang sarat makna dan ritual.

Saat tahun baru, warna merah serentak mendominasi dekorasi setiap tempat. Mulai dari lampion, hiasan naga, barongsai, angpau, hingga petasan. Bahkan tak sedikit yang berpakaian cheongsam merah.

Menurut pakar kuliner China, Hiang Marahimin, Imlek adalah perayaan para petani di daratan Tiongkok yang bersyukur dengan hasil panen. Inilah yang membuat Imlek fokus pada makanan dan bertema anugerah yang melimpah ruah. Tujuannya hanya satu, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan tahun lalu, dan meminta rezeki untuk tahun berikutnya. Hal ini diyakini, penampilan dan sikap di tahun baru menjadi penentu perjalanan di masa depan.

Ritual Khas Imlek
Bukan tanpa alasan warna merah mendominasi saat Hari Raya Sintjia. Dalam kepercayaan mereka, merah identik dengan warna cerah dan lambang kebahagiaan. Bagi si pemakai, dengan berpakaian merah, mereka berharap jika di kehidupan mendatang mereka akan mendapatkan masa depan yang cerah dan bahagia.

Pembagian angpau juga menjadi hal yang paling dinanti bagi mereka yang masih single. Amplop khas angpau yang berwarna merah yang diberikan menjadi simbol keberuntungan. Diharapkan setelah mendapatkan angpau, para jomblo ini akan mendapatkan keberuntungan berupa jodoh yang sempurna.

Begitu juga dengan Barongsai. Tarian naga yang dihadirkan saat perayaan juga mengandung makna yang mendalam. Konon, selain untuk mengusir aura jahat, tarian singa ini diyakini dapat mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan.

Makanan Manis Suguhan Dewa
Selain dominan warna merah di setiap ruangan, perayaan Imlek juga identik dengan meja persembahan. Di mana di atas meja disuguhkan berbagai jenis makanan dengan cita rasa legit. Masyarakat Tionghoa menganggap dewa mereka seperti manusia serta memiliki sifat seperti manusia.

Karena manusia suka manis, dewa yang dianggap menyerupai manusia ini juga semestinya suka dengan rasa manis. Artinya, bila ‘disogok’ dengan rasa manis, maka dewa dapur akan memberikan laporan yang positif, sehingga keluarga yang memebri sajian manis akan dilimpahkan rezeki lebih banyak lagi. Di samping itu simbol rasa manis saat Imlek juga berkaitan tentang kehidupan masa datang agar lebih manis.

7 Simbol Makanan Imlek
Setiap makanan yang disajikan saat Imlek memiliki filosofi dan artinya masing-masing. Di antaranya adalah
1. Jeruk = emas
Warna kuning seperti emas, simbol keberuntungan. Ukuran yang besar mengundang rezeki mengalir lebih deras.
2. Kuaci = banyak rezeki
Masyarakat Tionghoa percaya kuaci akan hadirkan banyak rezeki, seperti juga di dalam buah semangka yang juga memiliki banyak biji.
3. Lapis legit = hoki
Penampilan lapis legit yang berlapis-lapis dan cita rasa manis, menggambarkan rezeki yang berlapis-lapis dan tiada henti.
4. Mi = panjang umur
Mi adalah makanan wajib yang tak boleh dilewatkan. Bentuk mi yang panjang menjadi simbol panjang umur, bahkan di setiap perayaan mi selalu hadir, termasuk saat berulang tahun.
5. Kue ku = panjang umur
Kue ku yang disajikan haruslah berbentuk kura-kura. Pasalnya, kura-kura adalah salah satu binatang yang memiliki usia panjang umur, diharapkan ini akan menular bagi yang menyajikan.
6. Ikan bandeng = unsur air
Dalam meja, ikan bandeng menjadi buruan. Ikan dengan duri halus ini mewakili unsur air dalam meja sesaji. Dalam logat Mandarin kata ”ikan” sama bunyinya dengan kata ”yu” yang berarti rezeki. Bandeng juga harus disajikan utuh mulai dari kepala hingga ekor.
7. Kue Keranjang = kemakmuran
Kata Nian sendiri berarti "tahun" dan Gao berarti "kue" yang juga berarti "tinggi". Karena itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat, makin ke atas akan makin mengecil. Tinggi tingkat kue keranjang ini juga akan berpengaruh pada peningkatan rezeki atau kemakmuran. Di samping itu, teksturnya yang lengket seperti dodol juga menjadi simbol keakraban dan kekeluargaan.

Pantangan Saat Imlek
Sebelum memulai hari raya, hal pertama yang dilakukan adalah beberes rumah. Mereka percaya jika dewa kekayaan hanya akan datang di rumah yang bersih. Namun, ada hari di mana sang penghuni dilarang menyapu rumah, yaitu saat tiga hari, terhitung dari tahun baru dan dua hari sesudahnya. Dewa kekayaan yang bersembunyi di balik debu, ditakutkan akan ikut terbuang saat menyapu.

Untuk makanan, bubur dan paria menjadi makanan haram saat perayaan. Hal ini dikarenakan, bubur dianggap sebagai makanan orang miskin, dikhawatirkan nantinya, mereka akan ikut jatuh miskin. Konon, orang China hanya akan makan bubur sebelum mereka merasa kaya, dan tidak akan menyentuh nasi.

Paria yang memiliki cita rasa pahit juga ditakuti oleh orang Tionghoa. Mereka percaya jika rasa pahit sayur paria akan berpengaruh pada nasib dan hidup yang mereka jalani.

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.