21 Maret, Selamat Hari Kehutanan Sedunia
Apa jadinya dunia tanpa hutan? Bumi menjadi kering, air tidak mengalir, cuaca panas, dan tidak ada kerajinan indah yang dihasilkan tangan manusia dari hutan.
Hutan menutup sekitar sepertiga permukaan Bumi dan menjadi rumah bagi dua pertiga spesies darat di seluruh dunia. Maka itu wajar jika kemudian hutan disebut sebagai gudangnya keanekaragaman hayati bagi planet Bumi.
Terdorong oleh arti penting hutan, European Confederation of Agriculture mendukung terciptanya Hari Kehutanan Sedunia pada November 1971. Peringatan ini selanjutnya dilakukan tiap tanggal 21 Maret setiap tahunnya.
Dilansir dari situs resmi Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Amerika Serikat memperingatinya dengan cara menjalani satu pekan aktivitas dan perayaan yang menekankan arti penting hutan bagi manusia. Negeri tetangga, Australia, meluncurkan kampanye berupa pembagian booklet mengenai hutan secara gratis.
Bagaimana dengan Indonesia? Dua pejabat Kementerian Kehutanan menyatakan tidak ada seremoni besar untuk merayakannya.
Namun dikatakan Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kemenhut Basoeki Karyaatmadja, secara umum, kesadaran masyarakat Indonesia mengenai hutan semakin meningkat.
Secara keseluruhan, kerusakan hutan juga mulai menurun."Dulu, tahun 2000-an kerusakan hutan masih sekitar dua juta hektare per tahun. Sekarang hanya sekitar 450 ribu hektare per tahunnya," ujar Basoeki yang menambahkan data tersebut berdasarkan pantauan satelit.
Ditambahkan Basoeki, perencanaan tata hutan Indonesia sudah dilakukan jangka panjang hingga tahun 2030. Tiap tahunnya, akan ada agenda utama untuk merehabilitasi hutan.
Menurut Hargyono, Kepala Subdit Penilaian Kinerja Industri dan Pemasaran Hasil Hutan di Kemenhut, hutan dan industri tidak bisa dipisahkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, konsumen juga harus memperhatikan asal suatu produk kayu --legal atau tidak.
"Dengan demikian, akan membantu kelestrian hutan juga," kata Hargyono saat ditemui dalam "TBI - APHI 6th Signing Event: Combined Certification for Legality (SVLK) and Sustainability (PHPL-FSC) in Natural Forest Management in Indonesia," di Jakarta, Rabu (20/3).
Ekspansi sawit
Ancaman utama hutan primer dan lahan gambut saat ini adalah ekspansi perkebunan sawit. Data Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian tahun 2012 menyebut, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 8,1 juta hektar.
Namun, menurut Sawit Watch, total luas perkebunan kelapa sawit mencapai 12 juta hektare.
Direktur Sajogyo Institute Noer Fauzi Rachman pernah menyebutkan, ekspansi ini memunculkan konflik berkepanjangan dan menciptakan krisis sosial ekologi yang kronis.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.