Pages

Thursday, December 25, 2014

Fenomena Pathological Lying

Pathological Lying, atau terkadang disebut juga dengan Mythomania atau Pseudologia Fantastica adalah kebohongan yang sama sekali tidak proporsional, dengan tampilan yang mungkin sangat luas dan rumit, selama periode tahunan atau seumur hidup dengan tak menunjukkan tanda-tanda kegilaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Pathological Lying (PL) adalah fenomena psikologi (kalau tidak dapat dikatakan penyakit) dimana seseorang berbohong secara luar biasa dan terus menerus, tanpa adanya tujuan yang jelas dan pasti sebagaimana layaknya kebohongan biasa yang biasanya bertujuan menguntungkan diri sendiri. Istilah pathological lying ditemukan pertama kali oleh psikiatris Jerman bernama Dr. Delbruck tahun 1891. Jadi fenomena ini sesungguhnya bukanlah hal baru di dunia psikologi.
Ada beberapa kriteria pengidap Pathological Lying ini, antara lain adalah:
1.       Kebohongan yang berlebihan, sangat berlebihan dan tidak proporsional dengan kenyataan.
2.       Kebohongan berulang, kebohongan yang disampaikan biasanya cenderung berpola dan berulang. Tidak jarang juga pengidap PL menambahkan atau mengganti ceritanya.
3.       Sangat mudah ditebak bahwa kebohongan itu tidak nyata.Kebohongan yang disampaikan oleh pengidap PL seringkali amat mudah ditebak ketidaknyataannya oleh pendengar.
4.       Tidak menguntungkan untuk si “pembohong”. Kebanyakan kebohongan yang disampaikan oleh pengidap tidak menguntungkan secara langsung, khususnya secara finansial maupun karir. Kebohongan yang disampaikan justru cenderung merugikan bagi pengidap secara sosial
Pengidap Pathological Lying sejati berbohong cenderung untuk keuntungan internal, daripada keuntungan eksternal. Biasanya, pengidap semacam memiliki “kehidupan ganda”, kehidupan yang senyatanya di satu sisi dan kehidupan yang ia dambakan di sisi lain. Kebohongan yang ia sampaikan biasanya merupakan pelarian dari kegagalannya meraih kehidupan yang ia dambakan itu.  Terkadang meski kebohongannya sudah terlihat oleh pendengar, pengidap PL percaya bahwa pendengar tidak mengetahui kebohongan yang ia sampaikan. Pengidap PL seringkali menjadi terpenjara dalam kebohongannya sendiri. Pribadi “idaman” yang menjadi kebohongannya menguasai pribadinya yang sejati. Jalan keluar yang ditempuh seringkali adalah dengan membentuk kebohongan yang lebih besar lagi
Masih terdapat banyak perdebatan apakah PL dapat berdiri sebagai bentuk kelainan kejiwaan tersendiri ataukah hanya merupakan bentuk komplikasi dari bentuk kelainan kejiwaan lain. Namun menurut Charles Dike, terdapat kecenderungan bahwa Pathological Lying, jika merupakan komplikasi, dapat bersandingan dengan bentuk kelainan Histrionic Personality Disorders danNarcissistic Personality DisordersHistrionic Personality Disorders dengan Pathological Lying berupa kelainan dimana pengidap berbohong berulang kali menciptakan pribadi yang dramatis dan super untuk menarik perhatian orang-orang sekitar. Sedangkan pengidap Narcissistic Personality Disorders dengan Pathological Lying biasanya menggunakan kebohongan untuk membesarkan dirinya sendiri, yang seringkali amat mudah terlihat ketidaknyataanya oleh pendengar.
Pengidap Pathological Lying sesungguhnya tidak berbahaya, mereka pun dapat melanjutkan karir hingga tingkat tinggi. Namun dalam beberapa kasus, nampaknya pengidap PL mendapat, Hakim Patrick Couwenberg, yang diberhentikan sebagai hakim karena salah satunya memberikan keterangan palsu. Ia menyatakan di bawah sumpah kepada Komisi Yudisial California, kepada jaksa, hakim lain, dan media, berkali-kali, bahwa ia pernah mengikuti operasi rahasia CIA di asia tenggara dan Afrika, dan memiliki gelar dalam ilmu psikologi. Kenyataannya, kedua hal tersebut adalah bohong belaka. Yang paling dramatis adalah pernyataannya bahwa ia pernah menerima medali “Purple Heart” atas lukanya pada perang Vietnam, bahkan pecahan peluru masih ada di selangkangannya. Kenyataannya, ia sama sekali tidak pernah tercatat pernah ke Vietnam. Kisah yang paling tragis adalah kisah Jean-Claude Romand, pria Prancis yang membunuh anak dan istrinya sendiri. Motifnya adalah karena keluarganya mulai menemukan kebenaran bahwa selama 20 tahun Jean Claude telah berbohong. Ia berbohong selama 20 tahun bahwa ia adalah seorang dokter, bahkan menjadi petugas WHO. Nyatanya, Jean Claude adalah pengangguran dan tidak pernah mengenyam sekolah medis. Ia menafkahi keluarganya selama 20 tahun dengan menguras tabungan orang tuanya dengan mengatakan bahwa tabungan tersebut diinvestasikan di WHO. Setelah tabungan orang tuanya habis, barulah ia kehilangan kendali atas dunia idaman yang diciptakannya. Kisah hidupnya bahkan dijadikan fim layar lebar berjudul “The Adversary”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.