Decoy Effect adalah teknik psikologis yang sangat kuat dan efektif yang digunakan oleh orang marketing. Decoy effect adalah fenomena dimana konsumen cenderung akan mengganti pilihan di antara 2 opsi jika diberikan opsi ketiga yang tidak seimbang. Sebagai ilustrasi, katakanlah di sebuah toko ada harga sebagai berikut:
Teh manis kecil ….. Rp 3.000,00
Teh manis besar …. Rp 7.000,00
Sebagian besar orang akan memilih membeli yang kecil karena 7000 rupiah rasanya terlalu mahal untuk harga teh manis. Tapi, toko lalu memasukkan pilihan decoy, sehingga harga menjadi seperti ini:
Teh manis kecil ….. Rp 3.000,00
Teh manis sedang .. Rp 6.500,00
Teh manis besar …. Rp 7.000,00
Sekarang, sebagian besar orang akan memilih yang besar, karena harga ukuran yang besar wajar-wajar saja, malah murah karena hanya beda 500 rupiah dengan ukuran sedang. Penjual kadang tidak menggunakan decoy effect untuk barang yang paling mahal. Contoh di dunia nyata, screenshot saya ambil dari website resmi Apple hari ini:
Jika kita ingin membeli iPod dengan kapasitas 2x lipat – dari 16 GB ke 32 GB -, kita hanya perlu menambah $70 dan mendapat fitur-fitur tambahan seperti kamera 5MP, dll. Tapi untuk meningkatkan kapasitas dari 32 GB ke 64 GB, tambahan harganya $100, dan tidak ada fitur tambahan. Kira-kira apa yang akan dibeli orang? Sebagian besar orang akan membeli yang 32 GB, sedikit akan membeli yang 16 GB, dan akan sangat sedikit sekali yang membeli 64 GB. iPod dengan kapasitas 16 GB dan 64 GB berfungsi sebagai decoy yang menjadikan kapasitas 32 GB terlihat sebagai pilihan terbaik.
Decoy effect adalah salah satu trik ampuh penjual/marketer untuk menggiring kita belanja barang yang tidak kita butuhkan secara berlebihan.
2. Bystander Effect
Kita mungkin berpikir bahwa jika kita mengalami kecelakaan, kemungkinan kita diselamatkan orang lebih tinggi jika kita berada di tempat yang ramai. Tapi, insiden dan eksperimen yang tak terhitung banyaknya malah menunjukkan hal yang sebaliknya. Semakin banyak orang yang melihat, semakin kecil peluang ada orang yang akan menolong. Hal ini disebabkan oleh fenomena Diffusion of Responsibility, yaitu fenomena dimana seseorang akan semakin merasa tidak bertanggungjawab untuk berbuat (atau tidak berbuat) sesuatu ketika ada orang lain.
Salah satu kasus paling terkenal sebagai contoh akibat Bystander Effect ini adalah Richmond Gang Rape. Pada tanggal 24 Oktober 2009, di suatu sekolah di daerah California AS, sedang diadakan pesta dansa di gedung olahraga. Sementara itu, di saat yang sama, seorang gadis berusia 15 tahun diperkosa dan dipukuli beramai-ramai oleh sekitar 10 orang di halaman sekolah. Polisi mencatat bahwa setidaknya ada dua lusin saksi mata yang melihat kejadian ini tapi tidak melapor ke polisi sebelum akhirnya setelah dua setengah jam pacar korban melapor ke polisi. Berikut pengakuan salah satu saksi mata saat itu:
Contoh kasus lain adalah kematian balita Wang Yue di Cina. Rekaman video menunjukkan seorang balita berusia 2 tahun ditabrak mobil dan digilas truk tapi lalu dibiarkan begitu saja berdarah dan meronta-ronta di jalan. Setidaknya ada 18 orang yang melihat balita tersebut, sebagian sempat berhenti untuk menatap, tapi semuanya lalu berlalu begitu saja tanpa memberi pertolongan apa-apa, hingga akhirnya balita tersebut diselamatkan oleh seorang nenek-nenek. Sayangnya, setelah dibawa ke rumah sakit, 8 hari kemudian balita tersebut tetap meninggal.
3. Pratfall Effect
Pratfall effect adalah fenomena dimana, seseorang yang terlihat menarik/atraktif di mata orang lain, akan terlihat semakin menarik jika ia membuat kesalahan/kekhilafan. Pada dasarnya, hal ini berarti kita tidak perlu merasa khawatir jika kita:
- Terpeleset di depan orang yang kita taksir
- Mengakui kesalahan secara terbuka
- Dll.
Namun, harus diingat baik-baik bahwa agar Pratfall Effect ini terjadi, kita harus dinilai menarik/atraktif/sempurna sebelum kita membuat kesalahan. Jika kita dinilai tidak menarik/tidak atraktif, membuat blunder/kesalahan hanya akan membuat kita menjadi semakin tidak menarik.
4. Contrast Effect
Contrast effect adalah perubahan persepsi akibat pemaparan simultan dengan stimulus yang memiliki nilai lebih rendah atau lebih tinggi. Contoh mudahnya adalah percobaan sederhana berikut:
Sediakan tiga mangkok dan letakkan berdampingan. Isi mangkok kiri dengan air es, mangkok tengah dengan air biasa, dan mangkok kanan dengan air panas. Masukkan tangan kiri ke mangkok kiri, dan tangan kanan ke mangkok kanan. Setelah 1 menit, angkat kedua tangan, dan masukkan tangan kiri dan tangan kanan ke mangkok tengah secara bersamaan. Pada tangan kiri (yang baru terkena air dingin), airnya akan terasa hangat, sedangkan pada tangan kanan (yang baru terkena air panas), airnya akan terasa sejuk.
Contrast effect ini dapat dimanfaatkan untuk keuntungan kita pada berbagai aktivitas sosial. Contoh, jika kita adalah bos:
Karyawan: “Bos, saya minta naik gaji.”
Bos: “Kamu saya pecat!”
Karyawan: “Tidaaakk!!”
Bos: “Ngga, saya ga serius. Kamu gajinya saya naikkan tapi 2% saja ya, masih mending kan daripada dipecat?”
Contoh lain, contrast effect ini dapat kita manfaatkan untuk meminta orang melakukan sesuatu. Dengan meminta hal yang sulit lebih dahulu (yang kira-kira akan ditolak), jika kita langsung melanjutkan dengan meminta hal yang lebih mudah (permintaan yang sesungguhnya) maka permintaan kita yang sesungguhnya akan lebih mungkin diterima. Contoh:
Pemuda: “Hai cewek, boleh kenalan ga?”
Gadis: “Ih, amit-amit!”
Tapi, situasi ini bisa direvisi dengan memanfaatkan contrast effect seperti iklan zaman baheula:
Pemuda: “Neng, punya dongkrak?”
Gadis: “Aduh, ga punya mas.”
Pemuda: “Tapi, kalau nama punya kan?”
5. Bouba-Kiki Effect
Perhatikan gambar berikut:
Di antara A dan B, bentuk yang satu namanya Bouba, dan yang satu lagi namanya Kiki. Pertanyaannya: Menurut Anda, yang manakah Bouba, dan yang manakah Kiki?
Jika Anda menjawab bahwa A adalah Kiki dan B adalah Bouba, maka jawaban Anda sama dengan jawaban 95% orang berbahasa Spanyol, Inggris, dan India yang menjadi subjek penelitian. Ini merupakan kemampuan bawaan otak kita dimana sensasi indra dalam satu bentuk dapat menjadi bentuk sensasi lain.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.