(c) youtube.comShimali De Silva, adalah seorang gadis bersuara emas yang baru-baru ini mengikuti K-Pop Star Hunt . Di usianya yang masih 14 tahun, dia sangat terkejut bahwa dirinya terpilih karena bakat yang dimiliki. Sebagai pendatang baru, Shimali berharap bisa menjadi bintang dan mengembangkan karya-karyanya.
Namun, antusiasmenya mendadak turun ketika gadis berdarah Sri Lanka ini diminta untuk melakukan operasi plastik. Shimali yang sejak kecil diajarkan oleh ibunya untuk bangga dengan apa yang ia miliki, seperti ditampar ketika banyak pihak yang memaksanya untuk berkonsultasi dengan pakar bedah plastik.
"Kami tak diberitahu apa-apa. Namun kami segera menyadari ketika disodori katalog tentang mata dan hidung. Dokter mengatakan padaku 'kamu 14 tahun tapi seperti 30 tahun'. Dia menunjuk keningku, mengukur rasio hidung hingga dagu dan semua hal yang tak pernah kupikirkan," cerita Shimali.
Melihat bagaimana dirinya diperlakukan, Shimali menelepon ibunya di balik pintu klinik dokter sambil menangis. Setelah menerima telepon itu, sang ibu rela terbang ke Seoul untuk menenangkan anaknya. "Mereka bilang anakku terlalu hitam dan hidungnya tidak bagus," cerita Ruanthi, ibu Shimali.
Mendengar cerita anaknya, sang ibu merasa sedih, terlecehkan dan tak bisa membiarkan anaknya diperlakukan seperti itu. Ia langsung menjemput Shimali untuk membawanya pulang. "Kami mengajarkan anak-anak untuk bangga dengan diri mereka. Bukan melihat sesuatu dari warna kulit, namun perilaku yang baik. Tiba-tiba anak saya dihakimi bentuk hidungnya, warna kulitnya dan bentuk wajah yang katanya tidak benar. Hati saya hancur," ungkap sang ibu.
Shimali dieliminasi pada ronde berikutnya. Namun sepertinya hal itu tak lagi menjadi masalah untuknya. Mungkin ada jalan lain yang bisa menerimanya dan talenta istimewa yang ia miliki tanpa harus mengubah bentuk tubuh maupun wajahnya. Semoga berhasil, Shimali, dan tetaplah mencintai apa yang Tuhan berikan padamu.
Namun, antusiasmenya mendadak turun ketika gadis berdarah Sri Lanka ini diminta untuk melakukan operasi plastik. Shimali yang sejak kecil diajarkan oleh ibunya untuk bangga dengan apa yang ia miliki, seperti ditampar ketika banyak pihak yang memaksanya untuk berkonsultasi dengan pakar bedah plastik.
"Kami tak diberitahu apa-apa. Namun kami segera menyadari ketika disodori katalog tentang mata dan hidung. Dokter mengatakan padaku 'kamu 14 tahun tapi seperti 30 tahun'. Dia menunjuk keningku, mengukur rasio hidung hingga dagu dan semua hal yang tak pernah kupikirkan," cerita Shimali.
Melihat bagaimana dirinya diperlakukan, Shimali menelepon ibunya di balik pintu klinik dokter sambil menangis. Setelah menerima telepon itu, sang ibu rela terbang ke Seoul untuk menenangkan anaknya. "Mereka bilang anakku terlalu hitam dan hidungnya tidak bagus," cerita Ruanthi, ibu Shimali.
Mendengar cerita anaknya, sang ibu merasa sedih, terlecehkan dan tak bisa membiarkan anaknya diperlakukan seperti itu. Ia langsung menjemput Shimali untuk membawanya pulang. "Kami mengajarkan anak-anak untuk bangga dengan diri mereka. Bukan melihat sesuatu dari warna kulit, namun perilaku yang baik. Tiba-tiba anak saya dihakimi bentuk hidungnya, warna kulitnya dan bentuk wajah yang katanya tidak benar. Hati saya hancur," ungkap sang ibu.
Shimali dieliminasi pada ronde berikutnya. Namun sepertinya hal itu tak lagi menjadi masalah untuknya. Mungkin ada jalan lain yang bisa menerimanya dan talenta istimewa yang ia miliki tanpa harus mengubah bentuk tubuh maupun wajahnya. Semoga berhasil, Shimali, dan tetaplah mencintai apa yang Tuhan berikan padamu.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.