oleh Jaeyeon Woo
SEOUL—Operasi plastik adalah hal biasa dilakukan di Korea Selatan. Bahkan kini para pria negeri ginseng itu ikut-ikutan mempermak wajah demi tampang keren.
Minat akan operasi plastik ini telah membentuk ceruk pasar bagi 1.800 lebih ahli bedah plastik negara itu. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah klinik bedah plastik khusus pria bermunculan. Klinik yang sudah lama beroperasi juga membentuk pusat operasi khusus pria.
Man & Nature Clinic
Cho Min-ho, pria Korea Selatan berusia 20 tahunan, menjalani operasi plastik.
Kang Jang-seok, pemimpin klinik Man & Nature di Gangnam, Seoul, mulai praktek tahun 2005 sebagai ahli transplantasi rambut. Tak lama setelah itu, ia memutuskan membuka klinik kecil khusus operasi plastik di sebelah tempat prakteknya. Ia ingin memuaskan permintaan yang semakin tinggi dari pasien laki-laki, yang menginginkan mata lebih besar dan hidung lebih mancung. Dua tahun lalu, ia memindahkan kliniknya ke sebuah bangunan empat lantai, khusus untuk bedah plastik laki-laki.
“Pada awalnya, kebanyakan pasien menginginkan operasi yang tidak kentara, karena mereka tak ingin orang lain tahu,” kata Kang, yang bisa melakukan paling banyak enam kali operasi per hari, umumnya transplantasi rambut dan operasi hidung.
“Tren itu masih ada, tapi sekarang semakin banyak laki-laki yang lebih berani dalam mengubah wajah,” ujarnya. Menurut Kang, pasien operasi hidung lebih memilih implan yang besar, walaupun pasti hasilnya jelas terlihat. Sebagian laki-laki Asia menganggap hidung yang mancung dan tinggi seperti orang-orang Eropa sebagai hidung yang indah.
Lee Kyung-hun, pengusaha Seoul berusia 33 tahun, berkata tidak keberatan mengeluarkan sekitar enam juta won atau Rp 50 juta lebih untuk mengubah bentuk hidung jambunya, tahun lalu.
“Kita tak perlu malu akan sesuatu seperti ini. Jika merasa tertekan oleh bagian tertentu wajah, ya perbaiki saja,” ujarnya.
Mendiang Roh Moo-hyun, mantan Presiden Korea Selatan, melakukan operasi double-eyelid saat ia masih menjabat tahun 2005. Operasi itu membantu mengubah persepsi akan bedah plastik untuk laki-laki Korea Selatan. Operasi yang lumrah dilakukan untuk wanita ini menambah “kelopak mata ganda” atau lipatan di atas mata. Kelopak mata ganda ini banyak ditemukan di ras Kaukasia seperti orang-orang Eropa, tapi tak lazim ditemukan di orang Korea. Waktu itu, kantor kepresidenan menyatakan Roh melakukan operasi itu akibat ketidaknyamanan kelopak mata yang kendor.
Kim Soo-shin, dokter terkenal yang membuka klinik bedah plastik lebih dari 20 tahun lalu, memasuki pasar operasi khusus pria dengan klinik Real for Men pada 2006. Sejak itu, jumlah pasien laki-lakinya berlipat ganda, tapi ia tidak melihat pentingnya pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
“Laki-laki biasanya pergi ke tukang cukur untuk pangkas rambut, karena mereka merasa malu dan tidak jantan kalau masuk ke salon yang penuh berisi perempuan, kan?” ujarnya. “Tapi sekarang sudah berubah. Kini, biasa saja kalau laki-laki berkunjung ke klinik bedah plastik.” Kim berencana menggabungkan klinik laki-lakinya dengan klinik untuk perempuan.
Menurut data terbaru dari International Society of Aesthetic Plastic Surgeons, Korea Selatan berada di peringkat delapan dunia dalam total jumlah operasi plastik kosmetik tahun 2010. Untuk jumlah prosedur per 1.000 penduduk, negara itu berada di nomor satu dengan angka 15,4. Data itu tidak dipilah berdasarkan jenis kelamin.
Tiga bulan lalu, seorang pria bernama Lee menjalani operasi plastik lengkap: kelopak mata ganda, operasi hidung, transfer lemak ke dahi untuk menghapus kerutan, serta implan di dagu agar terlihat lebih mantap.
“Wajah yang tampan sangat penting untuk mencari pekerjaan. Tampilan menunjukkan kompetensi,” kata Lee, 26 tahun, yang tak mau disebut nama lengkapnya. Ia memutuskan mengambil operasi plastik saat tengah menjalani wajib militer.
Apapun alasan di balik operasi plastik, Korea Selatan semakin terbuka terhadap laki-laki yang memilih merombak wajah. Survei yang dilakukan Real for Men tahun ini mengungkap bahwa perempuan Korea sudah bisa menerima laki-laki yang menghabiskan jutaan won untuk bedah plastik.
Dari 414 responden perempuan di korea selatan, 73% menyatakan operasi plastik laki-laki bukan sesuatu yang salah. Alasannya adalah operasi itu meningkatkan daya saing laki-laki (33%), mempertebal rasa percaya diri (27%), dan memberikan kepuasan pribadi (24%). Survei itu juga menunjukkan 35% responden merasa penampilan laki-laki “sangat mempengaruhi” keberhasilannya dalam masyarakat. 53% merasa penampilan “cukup berpengaruh sampai titik tertentu.”
Perubahan sikap ini juga terpengaruh oleh kecenderungan selebritis Korea yang tak lagi menutup-nutupi pengalaman operasi plastik kosmetik mereka.
“Media massa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pemikiran orang-orang,” kata Kang, sang pemilik klinik. Para pasiennya, yang kebanyakan berusia 20-an, memiliki permintaan yang sangat spesifik soal mengubah wajah. Pada umumnya, mereka membawa foto seorang bintang sebagai contoh.
Walaupun stigma dan rasa malu di seputar bedah plastik laki-laki secara perlahan surut, tak semua orang cukup berani untuk mengungkap rahasia masa lalu.
“Saya tak mau calon bos saya mengetahui kalau saya pernah menjalani operasi plastik. Saya takut itu akan menyebabkan pandangan yang bias,” kata Lee, si laki-laki 26 tahun.
Menurut dokter Kim dari Real for Men, obsesi akan penampilan ini berasal dari perubahan sangat cepat yang dialami negaranya sendiri. Dalam waktu separuh abad, Korea Selatan berubah dari negara miskin menjadi negara industri maju.
“Saat terjadi perubahan luar biasa ini, kami seolah terjebak dalam narsisisme, dan orang-orang ingin menikmati kemewahan yang didapat ketika memanjakan diri sendiri,” tuturnya. “Aspek-aspek yang dangkal dan superfisial di masyarakat kami pada akhirnya akan hilang, seiring pertumbuhan kami yang kian dewasa. Tapi itu butuh waktu.”
SEOUL—Operasi plastik adalah hal biasa dilakukan di Korea Selatan. Bahkan kini para pria negeri ginseng itu ikut-ikutan mempermak wajah demi tampang keren.
Minat akan operasi plastik ini telah membentuk ceruk pasar bagi 1.800 lebih ahli bedah plastik negara itu. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah klinik bedah plastik khusus pria bermunculan. Klinik yang sudah lama beroperasi juga membentuk pusat operasi khusus pria.
Man & Nature Clinic
Cho Min-ho, pria Korea Selatan berusia 20 tahunan, menjalani operasi plastik.
Kang Jang-seok, pemimpin klinik Man & Nature di Gangnam, Seoul, mulai praktek tahun 2005 sebagai ahli transplantasi rambut. Tak lama setelah itu, ia memutuskan membuka klinik kecil khusus operasi plastik di sebelah tempat prakteknya. Ia ingin memuaskan permintaan yang semakin tinggi dari pasien laki-laki, yang menginginkan mata lebih besar dan hidung lebih mancung. Dua tahun lalu, ia memindahkan kliniknya ke sebuah bangunan empat lantai, khusus untuk bedah plastik laki-laki.
“Pada awalnya, kebanyakan pasien menginginkan operasi yang tidak kentara, karena mereka tak ingin orang lain tahu,” kata Kang, yang bisa melakukan paling banyak enam kali operasi per hari, umumnya transplantasi rambut dan operasi hidung.
“Tren itu masih ada, tapi sekarang semakin banyak laki-laki yang lebih berani dalam mengubah wajah,” ujarnya. Menurut Kang, pasien operasi hidung lebih memilih implan yang besar, walaupun pasti hasilnya jelas terlihat. Sebagian laki-laki Asia menganggap hidung yang mancung dan tinggi seperti orang-orang Eropa sebagai hidung yang indah.
Lee Kyung-hun, pengusaha Seoul berusia 33 tahun, berkata tidak keberatan mengeluarkan sekitar enam juta won atau Rp 50 juta lebih untuk mengubah bentuk hidung jambunya, tahun lalu.
“Kita tak perlu malu akan sesuatu seperti ini. Jika merasa tertekan oleh bagian tertentu wajah, ya perbaiki saja,” ujarnya.
Mendiang Roh Moo-hyun, mantan Presiden Korea Selatan, melakukan operasi double-eyelid saat ia masih menjabat tahun 2005. Operasi itu membantu mengubah persepsi akan bedah plastik untuk laki-laki Korea Selatan. Operasi yang lumrah dilakukan untuk wanita ini menambah “kelopak mata ganda” atau lipatan di atas mata. Kelopak mata ganda ini banyak ditemukan di ras Kaukasia seperti orang-orang Eropa, tapi tak lazim ditemukan di orang Korea. Waktu itu, kantor kepresidenan menyatakan Roh melakukan operasi itu akibat ketidaknyamanan kelopak mata yang kendor.
Kim Soo-shin, dokter terkenal yang membuka klinik bedah plastik lebih dari 20 tahun lalu, memasuki pasar operasi khusus pria dengan klinik Real for Men pada 2006. Sejak itu, jumlah pasien laki-lakinya berlipat ganda, tapi ia tidak melihat pentingnya pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
“Laki-laki biasanya pergi ke tukang cukur untuk pangkas rambut, karena mereka merasa malu dan tidak jantan kalau masuk ke salon yang penuh berisi perempuan, kan?” ujarnya. “Tapi sekarang sudah berubah. Kini, biasa saja kalau laki-laki berkunjung ke klinik bedah plastik.” Kim berencana menggabungkan klinik laki-lakinya dengan klinik untuk perempuan.
Menurut data terbaru dari International Society of Aesthetic Plastic Surgeons, Korea Selatan berada di peringkat delapan dunia dalam total jumlah operasi plastik kosmetik tahun 2010. Untuk jumlah prosedur per 1.000 penduduk, negara itu berada di nomor satu dengan angka 15,4. Data itu tidak dipilah berdasarkan jenis kelamin.
Tiga bulan lalu, seorang pria bernama Lee menjalani operasi plastik lengkap: kelopak mata ganda, operasi hidung, transfer lemak ke dahi untuk menghapus kerutan, serta implan di dagu agar terlihat lebih mantap.
“Wajah yang tampan sangat penting untuk mencari pekerjaan. Tampilan menunjukkan kompetensi,” kata Lee, 26 tahun, yang tak mau disebut nama lengkapnya. Ia memutuskan mengambil operasi plastik saat tengah menjalani wajib militer.
Apapun alasan di balik operasi plastik, Korea Selatan semakin terbuka terhadap laki-laki yang memilih merombak wajah. Survei yang dilakukan Real for Men tahun ini mengungkap bahwa perempuan Korea sudah bisa menerima laki-laki yang menghabiskan jutaan won untuk bedah plastik.
Dari 414 responden perempuan di korea selatan, 73% menyatakan operasi plastik laki-laki bukan sesuatu yang salah. Alasannya adalah operasi itu meningkatkan daya saing laki-laki (33%), mempertebal rasa percaya diri (27%), dan memberikan kepuasan pribadi (24%). Survei itu juga menunjukkan 35% responden merasa penampilan laki-laki “sangat mempengaruhi” keberhasilannya dalam masyarakat. 53% merasa penampilan “cukup berpengaruh sampai titik tertentu.”
Perubahan sikap ini juga terpengaruh oleh kecenderungan selebritis Korea yang tak lagi menutup-nutupi pengalaman operasi plastik kosmetik mereka.
“Media massa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pemikiran orang-orang,” kata Kang, sang pemilik klinik. Para pasiennya, yang kebanyakan berusia 20-an, memiliki permintaan yang sangat spesifik soal mengubah wajah. Pada umumnya, mereka membawa foto seorang bintang sebagai contoh.
Walaupun stigma dan rasa malu di seputar bedah plastik laki-laki secara perlahan surut, tak semua orang cukup berani untuk mengungkap rahasia masa lalu.
“Saya tak mau calon bos saya mengetahui kalau saya pernah menjalani operasi plastik. Saya takut itu akan menyebabkan pandangan yang bias,” kata Lee, si laki-laki 26 tahun.
Menurut dokter Kim dari Real for Men, obsesi akan penampilan ini berasal dari perubahan sangat cepat yang dialami negaranya sendiri. Dalam waktu separuh abad, Korea Selatan berubah dari negara miskin menjadi negara industri maju.
“Saat terjadi perubahan luar biasa ini, kami seolah terjebak dalam narsisisme, dan orang-orang ingin menikmati kemewahan yang didapat ketika memanjakan diri sendiri,” tuturnya. “Aspek-aspek yang dangkal dan superfisial di masyarakat kami pada akhirnya akan hilang, seiring pertumbuhan kami yang kian dewasa. Tapi itu butuh waktu.”
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.