Arsenik sehari-hari
Arsenik
 adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA, berwujud 
bubuk putih, tanpa warna dan bau (karena itulah arsen sangat dikenal 
dalam urusan racun-meracun makanan!). Nama arsenik sendiri pertama kali 
berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa Yunani arsenikon
 yang artinya kuning. Arsenik dalam kehidupan sehari-hari (di luar 
racun-meracun) digunakan untuk bahan pestisida di buah-buahan. Galium 
arsenid dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. 
Dalam pengobatan, arsen juga mendapat tempat khusus. Di zaman dahulu 
arsenik pernah digunakan sebagai obat sifilis, yaitu Salvarsan. Sampai 
sekarang arsenik masih menjadi salah satu alternatif pengobatan 
tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol). Arsenik juga dipakai 
dalam industri pewarna dan cat.
Arsenik di air minum
Dalam
 kehidupan sehari-hari, makanan kita pun mungkin mengandung arsenik 
dalam jumlah kecil. Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak berbahaya 
dalam air minum oleh WHO adalah kurang dari 10 ppb (part per billion).
 Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang dipakai untuk 
menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. 
Hal ini pernah menjadi masalah serius di Cina dan Bangladesh, dan 
sekitarnya pada tahun 2005. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik
 bentuk arsenat V (HAsO42-) dan arsenit III (H3AsO3).
 Di alam bebas arsenat dan arsenit dapat mengalami reaksi redoks bolak 
balik. Konsentrasi yang ditemukan dapat mencapai 200-4400 ppb, atau 
0.2-4.4 ppm (part per million).
Arsenik sebagai racun
Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3,
 alias arsen trioksida atau warangan. Warangan ini bentuknya berupa 
bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk lainnya adalah bubuk 
kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4.
 Keduanya sempat populer sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya
 mereka tidak dipakai lagi. Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun; 
adalah arsin (As2H3).
Mengapa
 arsenik beracun? Arsenik mampu menghambat produksi ATP, sumber energi 
bagi sel-sel hidup, melalui berbagai mekanisme. Di siklus Krebs arsenik 
menghambat enzim piruvat dehidrogenase, sehingga sintesis ATP menjadi 
berkurang dan malah meningkatkan produksi hidrogen peroksida. Hidrogen 
peroksida ini merupakan oksidator yang sangat reaktif terhadap sel 
hidup, maka justru sel hidup itulah yang diserang. Sel yang diserang 
arsenik akan mengalami nekrosis dan kematian dengan segera.
Keracunan
 arsenik dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu akut dan kronik. Akut berarti
 arsenik diberikan dalam satu dosis tunggal yang sangat besar dan 
langsung mematikan. Dosis ini kira-kira sebesar 120-200 mg pada orang 
dewasa atau 2 mg/kgBB pada orang dengan berat badan kurang dari 60 kg. 
Untuk urusan peracunan, biasanya pelaku mencampurkan arsenik dalam 
makanan dalam dosis beberapa kali lipat, untuk mengantisipasi korbannya 
muntah-muntah akibat keracunan akut ini. Gejala keracunan akut terdiri 
atas mual muntah hebat yang disertai sakit perut. Napas penderita berbau
 seperti bawang putih. Kadang ia langsung kejang-kejang dan koma. 
Tekanan darah korban langsung turun dan ia tampak seperti orang 
dehidrasi berat.
Sedangkan cara 
kronik merupakan cara yang “cocok” dilakukan oleh koki atau juru masak 
yang punya urusan atau dendam pribadi dengan majikannya. Di sini si 
pelaku memasukkan arsenik dalam jumlah nonletal berkali-kali dalam 
makanan korbannya, untuk membuatnya sakit-sakitan. Suatu saat si korban 
diberi arsenik dalam jumlah sangat besar. Penderita keracunan kronik 
mula-mula mengalami gejala keracunan seperti keracunan akut, tapi 
lama-kelamaan datang gejala tambahannya. Ia akan mengalami perubahan 
warna kulit menjadi kelabu atau kehitaman, gangguan fungsi hati, fungsi 
jantung, fungsi paru-paru, dan fungsi ginjal. Fungsi saraf tepi juga 
terganggu secara simetris. Tapi yang paling jelas adalah kukunya, di 
mana terlihat garis-garis horizontal bersusun-susun. Garis ini disebut Mees’ lines.
 Garis ini berguna dalam penyelidikan ahli forensik karena dengan 
mengukur panjang kuku dan jarak antara garis, ahli dapat menentukan 
berapa lama sekali si korban diracun arsenik.
Mengatasi keracunan arsenik
Cara
 mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik. 
Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak 
untuk merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila 
ia tidak dapat minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat 
bermanfaat. Sedangkan untuk keracunan yang sudah berlangsung lebih lama 
daripada itu (termasuk juga keracunan kronik), sebaiknya diberi 
antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 
kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama
 8 hari.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.